Riauaktual.com - Siti, petani Kendeng, Rembang, jawa Tengah tidak mampu menyembunyikan kesedihannya. Air mata menetes membasahi pipinya, mengingat kematian rekannya Patmi (48) dini hari tadi.
"Mengapa bapak pejabat kami, yang satu daerah dengan kami tidak mau menemui kami, padahal saya orang Jawa Tengah, mengapa tidak ada yang menjenguk satu pun," ujar Siti.
Siti, Patmi, dan sejumlah petani Kendeng menggelar aksi di Jakarta menolak pembangunan Pabrik Semen, Rembang, Jawa Tengah sejak 16 Maret hingga 20 Maret 2017. Hari ini, Patmi meninggal setelah mengeluh kesakitan di dadanya. Dia sempat dilarikan ke RS St. Carolus Salemba, namun dalam perjalanan, ia mengembuskan nafas terakhir. Jenazah Patmi kini dibawa pulang ke kampung halamannya di Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Pati.
Siti menyesalkan sikap diam Presiden Joko Widodo dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar pranowo untuk menemui para Petani yang melakukan aksi cor kaki di depan Istana Negara.
Rekan Siti, Sri mengisahkan kegigihan Patmi menolak pembangunan Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng.
Menurutnya Almarhumah Patmi merupakan sosok yang tangguh dan mempunyai idealisme tinggi dalam mempertahankan hak-haknya.
Sri bercerita, dia dan beberapa petani Kendeng lainnya berencana akan pulang ke Pati usai melakukan pertemuan dengan Kepala Staf Presiden, Teten Masduki di Istana Negara. Namun Patmi tetap bersikukuh menunggu jawaban pasti dari Pemerintah.
"Dia tetap mau di Jakarta, tidak mau pulang ke Pati. Teman-teman disuruh meninggalkannya," ujarnya sambil menangis.
Pegiat Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), Eko Arifianto, mengatakan, kematian Patmi saat berjuang menolak pendirian dan pengoperasian pabrik semen PT Semen Indonesia di kawasan Pegunungan Kendeng dapat menjadi momentum merekahnya bunga-bunga perlawanan dan perjuangan masyarakat dalam membela alamnya.
"Kita semua pasti akan mati, cuma kita yang memilih jalan kematian mana yang kita mau. Mati dalam perjuangan mencintai ibu pertiwi atau melukai ibu pertiwi," ujar Eko.
Eko menceritakan, bahwa Patmi merupakan sosok yang tangguh dalam memperjuangkan hak-haknya melawan ketidakadilan penguasa, bahkan ia selalu ikut melakukan aksi mulai dari long march Pati-Semarang, Rembang-Semarang, hingga pengecoran kaki di depan istana negara.
"Patmi seorang perempuan yang penuh daya juang, Patmi berasal dari Padma, nama sebuah bunga," kata Eko.
Sumber : rimanews
